Artikel

27 Mei 2023, SDK Mater Dei Pamulang, Admin

Memilah Sampah

MEMILAH SAMPAH

Nara Sumber: Fransiskus sarwiyadi

Fransiskus sarwiyadi adalah guru SDK Mater Dei Pamulang. Beliau adalah guru patut dijadikan contoh dan teladan dalam kepeduliannya terhadap lingkungan hidup. Beliau tidak henti hentinya mengajak anak didik, guru dan orang tua murid untuk peduli terhadap sampah. Selain di sekolah beliau juga aktif dalam mengelola sampah di tempat tinggalnya.

Pada hari Kamis(11/5/2022) beliau memberikan penjelasan tentang dampak sampah bagi bumi dan bagaimana kita ikut berperan aktif dalam penyelamatan bumi dengan cara mengelola sampah. Pak Sarwi sebagai pembicara dalam sebuah acara yang digelar di Kebun Darling milik Gereja Santo Barnabas Paroki Pamulang. Dalam acara itu dihadiri oleh Romo Petrus Cipto Nugroho, Tim adiwiyata gereja, Warga Witana Harja, Perwakilan Orang tua murid, Siswa/siswi SDK Mater Dei Pamulang, perwakilan guru dan karyawan, serta beberapa penduduk sekitar kebun darling. Berikut liputan penjelasan Bapak Sarwi dalam acara penyuluhan tentang memilah, mengolah dan memanfaatkan sampah.

Dalam Acara tersebut Bapak Sarwiyadi mengajak kita semua untuk peduli kepada lingkungan dan bumi kita dengan cara yang sederhana yaitu memilah sampah dan akhirnya sampai kepada bank sampah. Beliau mengajak ibu-ibu dan bapak-bapak sekalian untuk lebih peduli kepada lingkungan dengan cara yang sederhana dan mulai dari rumah kita masing-masing. Apa itu? yaitu penanganan sampah dan akhirnya sampai pada kampanye tentang bank sampah.  Di Gereja Santo Barnabas justru sudah ada bank sampah , bahkan kemungkinan di kesempatan kerjasama kita yang akan datang bisa menjalin kerjasama sehingga menjadi rekomendasi bagi ibu-ibu sekalian ketika sudah memilah sampah di rumah lalu tidak tahu harus dibawa kemana ke bank sampah. Bapak dan  ibu sekalian kalau pada bulan Mei April 2023 ini di Ciputat mencapai Suhu tertinggi di Indonesia 37 derajat. Berdasarkan penelitian itu merupakan  salah satu akibat dari yang disebut dengan pemanasan global.  Nah,  pertanyaannya apa yang menyebabkan pemanasan global?  Salah satunya adalah sampah Bapak-ibu yang terkasih yang terkasih pada tahun 20 dua itu volume sampah di Indonesia itu mencapai 19,45 ton setahun 2022 itu turun dibanding 2021 yang 37 juta. Nah, kalau dihitung beban kita itu setiap hari Bapak dan ibu sekalian adik-adik itu menghasilkan setengah kg sampah. Jumlah itu adalah penghitungan sampah secara nasional. Sekarang apa yang bisa kita lakukan untuk mengurangi beban sampah? Bapak/ibu sekalian perlu diketahui bahwa sampah terlebih yang organik dan ketika dicampur dengan berbagai macam sampah lalu masuk ke tempat pembuangan sampah akhir itu menghasilkan gas dan itulah yang disebut menghasilkan efek rumah kaca. Jadi gas itu menyelimuti bumi kita sehingga bumi semakin panas. Apa yang bisa kita lakukan, ya? Mulai dari rumah memilah sampah dari mulai yang organik non organik dan B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Sampah organik bisa kita olah seperti yang sudah dilakukan di sekolah yaitu dengan membuat ekoenzim itu untuk sampah yang segar dan belum dimasak, sedangkan sampah-sampah yang sudah dimasak atau kalau buah sayur sudah bau tidak enak masuk ke pengomposan atau pupuk cair atau media tanam langsung.  Kalau ibu-ibu tidak mau nunggu lama nunggu diolah selama 1 bulan 2 bulan baru bisa untuk media tanam bisa langsung dimasukkan ke tanaman dengan disertai ada bakteri pengurai di pasaran sudah bisa membeli hanya modal jempol langsung sampai 3 hari itu yang pertama yang kedua adalah sampah non-organik. Sampah non organik itu sampah-sampah yang tidak mudah terurai dalam waktu singkat perlu ibu-ibu ketahui bahwa putra-putri dan dipakaikan Pampers. Berapa lamakah Pampers itu terurai ada yang tahu? 3 bulan terlalu cepat di media edukasi yang ada di sekolah itu 40 tahun. Jadi ibu-ibu menggunakan Pampers untuk putra-putrinya sampai 40 tahun itu belum terurai dan anak ibu sudah punya anak lagi itu beban bumi. Kaca berapa tahun? 1 juta tahun dan lebih hebat lagi adalah styrofoam tidak terurai. Maka di rumah, di kantor, di sekolah tidak direkomendasikan penggunaan styrofoam termasuk ibu-ibu sekalian untuk mengemas bekal-bekal bagi putra-putri ibu di sekolah tidak recommended. Kemudian sampah-sampah yang non organik yang bagi kami untuk bagian lingkungan bukan disebut sampah tapi bahan baku industri. Jadi kalau ibu-ibu atau bapak-bapak menggunakan barang-barang kemudian itu dikatakan menghasilkan sampah untuk non-organik bisa dilakukan tiga terapi yaitu reduce, reuse, dan recycle yang paling bagus adalah reduce. orang Jawa mengatakan artinya kita menyelesaikan dari akarnya mengurangi penggunaan barang-barang yang menghasilkan sampah. Kalau ibu-ibu belanja tidak lagi membawa kantong plastik tetapi membawa kantong sendiri dari rumah. Kalau ibu-ibu ke pasar itu  semua barang yang dibeli menggunakan plastik. 

Kemudian ada sampah-sampah dalam tanda petik itu adalah bahan baku industri bisa dipakai kembali. Dipakai kembali tapi bukan untuk kemasan makanan ada yang bisa digunakan untuk media tanam dan yang terakhir bisa didaur ulang, tetapi itu semua jika ibu-ibu bapak-bapak tidak mungkin maka rekomendasi mereka adalah bawalah ke bank sampah dan itu bernilai ekonomis mulai dari kemasan mineral kaleng. Sampah yang dibawa ke bank sampah itu diharapkan dari rumah lebih baik dibuka kemasannya, kalau yang seperti ini betul-betul harus sampai habis karena akan menimbulkan bau dan menghasilkan bakteri.  Kami yang mengolah sampah di sekolah pasti membuka dan mencucinya baru dibawa ke bank sampah itu sudah dalam kondisi bersih. Jika ibu memungkinkan dicuci jika tidak buang air dalam kemasan itu sampai habis kemudian bawa ke bank sampah. Secara teknis sampah organik kita bisa kelola dan Sampah non-organik bisa kita kelola maka tinggal satu yang kita tidak bisa yaitu sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) itu kita harus kerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup kalau Rumah Sakit biasanya punya rekanan yang akan mengolah.  Kalau begitu ibu-ibu sekalian yang tadi beban sampah masing-masing orang 0,7 ons maka ketika setelah mendengar ini lalu mengikuti pelatihan selanjutnya maka ibu-ibu barangkali tinggal sampah beracun berbahaya yang tidak bisa dieksekusi. Dengan demikian kita sudah berbakti kepada bumi yang telah memberi kita kehidupan generasi akan datang juga punya hak atas lingkungan yang sehat atas udara yang bersih maka jangan dihabiskan sekarang.

 Terima kasih semoga ini berguna dan memotivasi kita semua untuk beramai-ramai mulai dari rumah memilah sampah diolah bawalah yang non organik ke bank sampah, semoga bermanfaat dan kita tunggu konten-konten ibu bapak sekalian di media sosial berikut dengan kampanye dari rumah tentang penanganan sampai ke bank sampah. Terima kasih hijau Bumiku langitku biru.

Penulis: Cerelius Andri Sulistyanto